Kades Buku Limau Muhlisin Optimis Tolak Kapal Isap Beroperasi

Belitung,SorotBabelNews.com– Adanya kegiatan Focus Group Discussion terkait Kajian Pemetaan dan Analisis Sosial Penambangan Timah dilaut Olivier oleh PT Timah Tbk yang diadakan di Hotel Grand Hatika, Belitung Kamis 9 Maret 2023 yang diduga terkesan tertutup membuat Kades Buku Limau semangkin optimis menolak Kapal Isap akan beroprasi diperairan laut Buku Limau.

Hal ini disampaikan Muhlisin ketika dikonfirmasi awak media Via Telepon terkait adanya Lembaga Lingkar Resolusi Indonesia (LiresINDO) mengelar FGD Kajian Pemetaan dan Analisis Sosial Penambangan PT Timah TBK yang digelar di Tanjungpandan, Kabupaten Belitung, bahwa dirinya tidak mengtahui tentang adanya kegiatan itu, andai saja kalau kami menghadiri acara tersebut kami tetap berbicara menolak kapal isap, apa pun jenisnya, kami nelayan pasti tetap menolak.

“Itu garis besarnya. Gak ada kata-kata untuk toleransi apa pun hal yang menjanjikan atau gimana. Gak, itu sama saja membunuh kami lah, khususnya di Pulau Buku Limau ini”. Ucap Muhlisin dengan logat Belitungnya

Kades Buku Liamau itu jga menegaskan, walau segi apa pun iming-imingnya kami tetap akan menolak keberadaan kapal isap, anti lah pokoknya, misalnya 38 dese setuju, biar lah kami yang akan berjuang sendiri. Dikarenakan antara laut olivier sebagai tempat rencana pertambangan, jaraknya begitu dekat dan tentunya.

” Nelayan kami akan kena imbasnya, karena menurut informasinya terkait dampak limbah dari kapal isap beroprasi kurang lebih 3 sampai 7 mil akan membuat air laut pastinya keruh sedangkan manggar dengan Buku Limau hanya berjarak 7 Mil saja, Terang Muhlisin.

Kata Muhlisin lagi, sebagai Pemerintah Desa Buku Limau kami merasa aneh dan lucu kalau pelaksaan FGD tentang Kapal Isap, pihak desanya tidak di undang. “Saya sendiri selaku Kepala Desa Buku Limau tidak tahu terkait prihal kegiatan tersebut dan undangan tidak kami dapatkan atau memang kelewatan atau memang tidak diundang initnya saya kurang tahu, yang jelas saya tidak ada menerima undangan terkait prihal tersebut,” ujar Muhlisin

Lebih lanjut lagi Muhlisin mengatakan, ada atau tidak menerima undang itu, tapi kalau berbicara kapal isap “saya pasang badan, karena dari kurang lebih 879 jiwa masyarakat di desa ini, 98 persennya bekerja sebagai nelayan atau mencari napkah dilaut.

” Sedangkan antara perbatasan Desa Baru dengan Buku Limau itu ada di karang tiga, Karang Tiga itu daerah tangkap ikan bagi nelayan, kalau dari Muara Manggar itu sekitar kurang lebih 2 mil, itu masih kena. Jadi sekitar olivier, habis lah Buku Limau,” ternangnya.

Ingin masuknya kapal isap, sebenarnya Pemerintah harus tegas dalam hal ini, karena sudah banyak contohnya, masuknya kapal isap hanya menguntungkan PT Timah atau pun perusaan BUMN. “Tapi dampak yang jelas dikehidupan kita sehari-hari kan, kita bisa lihat. Kaya Bangka, apa jadinya perairan laut bangka sekarang, dimana mereka mencari nafkah khususnya nelayan, harus menempuh jarak 3 sampai 4 hari dilalui baru dapat untuk menangkap ikan.

Sementara nelayan kami dengan jarak tempuh 5 menit dari kampung bisa dapat ikan. Kalau masuknya kapal isap dilaut olivier terjadi, berarti dampaknya sangat merugikan nelayan kami. Oke lah kalau misalnya mereka mau menjanjikan kompensasi, tapi sesuatu itu kan cuma instan, lalu anak dan cucu kami kedepan dapat apa.

“Harapan kami sebenarnya Pemerintah harus tegas dalam hal ini, cukup Bangka lah, gak usa di Beltim,” tegasnya.*Tim

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *